Minggu, 25 Januari 2015

My Teacher, My Love Part 1


Part 1


Cast       :-Lee Donghae
                 -Song Hyera
                 -Lee Hyukjae

Genre   : Romance, friendship, School life
                  PG17

*Happy Reading*

Jeonmyeong High School
Senin pagi, lapangan upacara

*Author POV*
                “Hari ini kita telah kedatangan beberapa guru baru yang akan mulai mengajar hari ini. Mari kita persilahkan untuk berkenalan.” Ujar kepala sekolah sesaat setelah selesai upacara.

                Beberapa orang guru terdiri dari 4 orang guru laki-laki dan seorang guru perempuan memasuki lapangan. Mereka terlihat rapi demi menjaga kesan baik saat pertemuan pertama di sekolah ini, meskipun masih tersirat wajah gugup pada 3 orang guru yang usianya nampak lebih muda dari yang lainnya.

                Terlihat kepala sekolah memberikan mic kepada salah satu guru yang wajahnya terlihat seperti berusia 25 tahun-an. “Silahkan, Pak..” ujar kepala sekolah, Park Jung Nam kepada guru tersebut. Guru tersebut maju pelan-pelan dengan gugup, terutama karena kini ratusan pasang mata memperhatikan ke arahnya. “Annyeong hasimnika (selamat pagi-ucapan formal honour). Jeoneun Lee Hyukjae imnida (nama saya lee hyukjae), tapi biasa di panggil dengan Eunhyuk. Di sekolah ini saya akan mengajar mata pelajaran seni. Mohon bantuannya.” Tutupnya sambil membungkuk.

                “Ya, siapa yang ingin bertanya? Silahkan kalian angkat tangan!” Tanya wakil kepala sekolah kesiswaan pada anak didiknya.

                Seorang anak terdengar berteriak tanpa mengangkat tangan. Suara laki-laki. “Asal, Pak?” katanya. Si guru baru tampak mulai agak rileks. “Saya dari Daegu, Gyeongsangbuk-do.” Jawabnya.

                “Status.. status...” kali ini giliran anak perempuan dari kelas 11 yang masih tidak juga mengangkat tangan. Lee hyukjae tampak kikuk menjawab, “eh??!..  Status single”. “Waahh.. nampaknya sudah ada penggemar, ya, pak?!” Goda wakasek kesiswaan tadi, Jung Maryeong. Lee hyukjae hanya tersenyum kaku.

                Selanjutnya, mic beralih tangan kepada seorang guru yang wajahnya terlihat dewasa. “Annyeong hasimnika, jeoneun Lee Donghae imnida. Saya akan mengajar bahasa. Asal dari Ulsan, Gyeongsangnam-do. Status juga single.” Perkenalan pendeknya diakhiri dengan tawa oleh para guru dan murid. Ya, hitunglah sebagai pencair suasana.

                Guru ketiga bernama Jung Gameo, guru Geografi. Guru keempat bernama Park Jaesang, yang akan mengajar Fisika. Seorang guru yang bertubuh gemuk namun wajahnya terlihat agak sangar dibanding dengan guru baru yang lain, bahkan dengan guru yang sudah lama mengajar di sekolah itu. “Status saya, menikah dan memiliki 2 orang anak.” Ujarnya ketika ada murid yang bertanya statusnya. Mendengar jawabannya, sontak para murid bersuara seolah kecewa. Namun, langsung kembali fokus ketika ada murid perempuan yang bertanya tentang anaknya. “Anak saya yang pertama perempuan, yang kedua laki-laki”.”Tapi, usianya masih terlalu muda, jika ingin kalian taksiri”. Sambungnya lagi, yang sontak membuat suasana kembali gaduh.

                Dan yang terakhir, guru kelima. Seorang yeoja (perempuan) yang bertubuh pendek dan agak gemuk namun terkesan lucu. Kim Chici yang bertugaskan sebagai guru BK.


~~~


*Song Hyera POV*

                Kenapa belakangan ini banyak sekali guru baru? Ya, setelah pergantian kepala sekolah 2 minggu lalu, kini langsung hadir 5 orang guru di sekolah. Entahlah, mungkin peraturan dari pemerintah pusat untuk menambahkan guru-guru yang memang berkompetensi di bidangnya masing-masing. Yaa.. mudah-mudahan saja hal ini menimbulkan sesuatu yang baik.

                “Hyera-ya, kau dipanggil ke ruang guru. Park Jungmin seonsaengnim neol chajasseo ( guru park jungmin mencarimu ).” Ujar salah satu teman sekelasku Yoon Yeonhwa. “Ah, ne. Gomawo. (ya, terima kasih)”. Ujarku sambil berdiri dan berjalan keluar kelas.

                Park Jungmin seonsangnim adalah wakasek bidang kurikulum. Mungkin beliau akan memberi tugas pada kelasku. Aku pun tak terasa sampai di ruang guru dan langsung menghadap ke meja Park jungmin seonsaengnim. “Ada apa memanggil saya, seonsaengnim?”

                Ah, ne. Wakkuna (sudah datang rupanya). Begini, Ahn Jeonmi seonsaengnim hari ini tidak masuk. Ini ada tugas darinya. Nanti kumpulkan tugasnya ketika pulang sekolah!” perintahnya sambil memberiku secarik kertas yang berisi petunjuk halaman tugas yang harus di kerjakan. “Aegessimnida, seonsangnim. Keureom, sillyehamnida. (saya mengerti, pak. Permisi, saya pamit)”. Begitu mendapat anggukan kepala, aku bergegas kembali ke kelasku memberitahukan tugas ini agar dapat kami selesaikan sebelum jam pelajaran kembali berganti.

                Ah, aku belum memberitahu. Ahn jeonmi seonsaeng adalah salah seorang guru senior di sekolahku. Dia mengajar bahasa Inggris. Meskipun, ya.. kami banyak menjahilinya. Tapi, dia begitu baik. Dia seperti ibu ketiga bagi kelas kami. Kenapa ketiga? Karena yang pertama adalah ibu kita di rumah, kedua wali kelas. Dan ketiga adalah dirinya.

                Kelas kami biasanya mendapat jam pelajarannya pada siang hari, dimana tenaga sudah mulai menurun. Dan Ahn seongsaeng biasanya akan mengantuk dan jatuh tertidur tanpa sadar. Terkecuali, dia membawa cemilan dalam kotak makanannya. Dan jika itu terjadi, dia akan sulit mengantuk dan kami akan sulit juga untuk bersantai dari pelajaran. 

                Oleh karena itu, jika Ahn seonsaeng membawa cemilan, maka kami akan mendekatinya dan berpura-pura bertanya tentang soal yang tak dimengerti. Biasanya, dia akan menawari kami untuk mencoba cemilannya. Dan.. kesempatan itu tidak akan disia-siakan begitu saja. Kami akan memanggil teman-teman yang lain untuk ikut menyerbu cemilan Ahn seonsaeng dan melenyapkannya tak bersisa agar dia bisa mengantuk. Ehehehe... 

                Kelas kami termasuk kelas yang memiliki sifat evil, tapi meskipun begitu kelas kami termasuk kelas favorit. Kelas kami sering mendapat juara saat lomba antar kelas. Dewan siswa dari kelas kami juga yang terbanyak dari kelas lain, tapi entah mengapa kelas kami selalu membawa peruntungan hahah....


~~~


Rabu, jam pelajaran keempat
Laboratorium Bahasa Inggris

*Author POV*

                Suasana masih gaduh di ruangan itu, sisa-sisa istirahat pertama masih belum selesai rupanya. Mereka memang telah duduk di kursi masing-masing, messkipun masih ada beberapa siswa yang berkeliaran di sudut-sudut kelas. Meskipun terlihat duduk-duduk santai, jangan pernah sepelekan suara kelas ini. Bagaikan paduan suara yang gagal tampil karena rusaknya sound system akibat tingginya oktaf suara yang di hasilkan. Beruntung bagi kelas lain, karena tidak mendengar kebisingan kelas ini akibat ruangan yang kedap suara.

                Bahkan, kebisingan kelas ini membuat mereka tidak sadar ada seorang guru baru yang tergesa-gesa masuk ke dalam kelas. Guru cantik itu nampaknya agak memaklumi perjumpaan pertamanya tidak begitu berjalan lancar dan menyadari juga keterlambatannya masuk ke kelas.

                Sang guru cantik itu membuka pintu dengan tergesa-gesa seolah ada bahaya mengejarnya. Beberapa murid yang duduk di depan mulai sibuk memberitahu teman-teman yang lain bahwa ada seorang yang asing di mata mereka.

                Guru itu menghempaskan tas tangannya ke meja begitu saja, seolah tidak ada yang akan pecah atau rusak di dalamnya. “Hello, good day. My name is Shin Sae Ryeong and I will be your english teacher starts from this moment. Thank you.” Ucapnya cepat, membuat seisi kelas senyap bagai tersihir oleh mantra dari bibirnya.

                Seorang gadis tersadar dengan cepat. “Stand up! Greeting to the teacher..” ucap gadis itu, Song Hyera, sang sekretaris kelas yang merangkap sebagai ketua kelas hanya saat pelajaran bahasa inggris. “Good morning, Miss..”. “Good morning, Mam..”.

                Sang guru cantik menyadari kesalahannya karena terlalu terburu-buru memperkenalkan diri tadi. “Emm.. well, I’m not married yet”. Seperti tersadar beberapa siswa mengangguk, “Hey, panggil dia miss”.

                “Sitdown!” titah Hyera lagi yang diikuti teman-temannya. Lalu ia membawa catatan kelas dan buku absen kelas ke depan, membawakannya pada sang guru baru.

                “Miss, ini absen kelas kami. Dan yang ini buku harian kelas. Untuk cara mengisinya, Miss bisa lihat contohnya di dalam.” Ujar Hyera.

                Thank you.. I will ask you, if I need some help, okey?!” Ujarnya.

                Okey miss, anything for you.” Sahut Hyera disertai senyuman manisnya, lalu ia kembali ke tempat duduknya.


~~~


Jumat, jam pelajaran keempat
5 menit sebelum istirahat berakhir

                “Hari ini saja..” ucap sebuah suara. “Lalu, besok juga!” suara lain lagi. “kalian saja yang minta izinnya.” Ujar seorang murid. “Ya, biasanya kan kamu!” seru yang tidak terima. “Kalau begitu suruh ketua kelas saja! Dia lebih berhak”. Ujar murid tadi. “Berhak apanya?! Itu kan memang tugasnya!” sewot yang lain. “Ya, sudah. Sana, suruh ketua kelas!” Seru gadis itu. “Malas! Kamu saja!!”ujar rombongan gadis-gadis itu kompak. Huffft... hela si murid yang disuruh, pasrah. 

                Lee Riki~ssi, chingudeureun (teman-teman) minta latihan upacara hari ini dan besok. Tolong, minta izin latihan pada guru jam pelajaran terakhir hari ini dan besok, ya?!” pinta si murid, yang tak lain adalah Hyera.

                “Arrggh... aku malas menghadap guru itu.” Jawab sang ketua kelas. “Yang lain juga tak mau dimintai tolong, Riki~ssi”, melasnya.”Ahh.. Arasseo, arasseo (baiklah.. baiklah)” putusnya.

                Hyera pun kembali ke kelas untuk mengajak teman-temannya ke lapangan. Hari senin nanti, kelas mereka diberikan tugas untuk menjadi petugas upacara. Oleh karena itu, mereka minta waktu untuk latihan. Selain itu adalah alasan mereka demi tidak masuk pelajaran sejarah. Benar-benar kelas evil.


*Hyera POV*

                Lee Riki~ssi telah membagi tugas seperti biasa untuk para petugas upacara. Jumlah murid di kelas kami ada 25 orang murid termasuk diriku, dengan hanya ada 5 orang murid laki-laki dan sisanya perempuan. Jadi, tiap kelas kami kebagian giliran menjadi petugas upacara, para laki-laki pasti akan kebagian tugas.

                Ada yang menjadi pemimpin upacara, pemimipin paling kanan, pembaca oleh anak perempuan.Dan seperti biasa pula, aku kebagian tugas sebagai dirijen alias pemimpin paduan suara kelas. Untung saja teman-teman kelasku cukup pintar menyanyi. Tinggal mengatur sedikit agar paduan suara menjadi lebih indah, hehehe.

                “Apa untuk lagu wajib nasionalnya, kita akan menuruti jadwal lagi, Hyera~ssi?” Tanya Jung Hyerim.
                “Menurut kalian bagaimana?” tanyaku. Ya, karena memang tiap kami kebagian menjadi petugas upacara, khusus untuk lagu kami tak pernah mengikuti jadwal. Karena biasanya pilihan lagu pun sudah tertera di jadwal. “Seperti biasa saja” Jawab Park Na Eun.

                Johayo (baiklah). Kita pakai lagu biasa tapi kita tambah dengan suara 1 dan 2, eotteyo (bagaimana)?” tanyaku.

                Aratjiman (baik tapi), kau harus melapor pada Hwang Yoomi sonsaeng dulu.” Usul Hwayoung. “Nde, arasseo. Naega halkke. (ya, baik. Biar aku saja)”jawabku. 

                Aku pun bergegas menuju ruang guru untuk melapor pada Hwang Yoomi sonsaengnim tentang usulan lagu. Namun, betapa tak beruntungnya aku. Begitu melapor, Hwang Yoomi sonsaengnim malah berkata, “Guru kesenian kalian sudah bukan saya lagi. Kalian harusnya melapor pada guru kesenian yang baru. Yang mengajar kelas kalian mulai besok.” Ujarnya.

                Hajiman, sonsaengnim...( Tapi, guru...)”.
                “Sudah sana, cari dia. Sekalian kenalan.” Goda Hwang sonsaeng padaku sambil memberikan wink. Aku menghela napas sambil tertunduk lesu. Guru favoritku kenapa harus diganti, sih?! Sebal.

                Begitu keluar dari ruang guru, aku melihat guru kesenian baru yang harus kumintai persetujuan sedang berjalan bersama guru-guru baru lainnya di lorong ujung sana. Lee Hyukjae sonsaengnim alias Eunhyuk? Nama macam apa itu??! Ku hampiri dia sambil menyingsingkan lengan baju olahraga yang masih kukenakan tinggi-tinggi. Rasanya gerah sehabis olahraga tadi. 

                Begitu jarak semakin dekat, kira-kira 3 meter aku berujar, “Lee Hyuk Jae sonsaengnim, bisa bicara sebentar?” Tanyaku. Dia langsung terlihat agak gugup. Mungkin juga gemetar karena melihat gayaku yang menyingsingkan lengan seragam seolah ingin mengajaknya ribut. “Eh.. Ah.. Ne, sebentar.” Ucapnya dan ia langsung berbelok ke kirinya dimana toilet guru berada. Hemm... sebegitu gugupnyakah??! Hihihihi biar saja. Sedikit kesal juga gara-gara guru seni favoritku digantikan olehnya.

...

TBC